1.
Jelaskan dengan contoh "Penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan
benar" !
- Bahasa
yang Baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah
bahasa indonesia yang sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku.
Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti diwarung kopi, dipasar,
ditempat arisan, dan dilapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia
yang santai dan akrab yang tidak terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan
formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dan dalam sidang DPR, dan dalam
pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal,
yang selalu memperhatikan norma bahasa.
- Bahasa
yang Benar
Bahasa Indonesia yang benar
adalah bahasa indonesia yang digunakan dengan aturan atau kaidah bahasa
indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa indonesia itu meliputi kaidah ejaan,
kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf,
dan kaidah penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah
pembentukan kata ditaati dengan konsisten, kaidah bahasa indonesia dikatakan
benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian
bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
Oleh karena itu, kaidah yang
mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata,
penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, diungkapkan lebih lanjut pada bagian
lain, dengan dilengkapi contoh yang salah dan contoh yang benar.
- Bahasa
yang Baik dan Benar
Bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku
dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Jika bahasa diibaratkan bagian,
kita akan menggunakan pakaian renang pada saat akan berenang dikolam renang
sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi, kita akan mengenakan
pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang laki-laki
mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia menghadiri suatu
pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan rekan sejawat, atau pada
saat menghadiri sidang DPR.
Akan sangat ganjil bukan, jika
pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan sebagainya itu digunakan
pada saat berenang. Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang yang kurang
adab jika menghadiri acara dengar pendapat di DPR dengan pakaian renang karena
disana ada ketentuan yang sudah disepakati bahwa siapapun yang akan menghadiri
acara resmi di DPR harus berpakaian rapi. Barang kali kita masih ingat kasus
seorang pengusaha sukses, yang oleh petugas protokol ditolak menghadiri acara
dengar pendapat di DPR karena pengusaha yang "nyentrik" itu tidak
menggunakan pakaian rapi.
Contoh nyata dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang
baku:
·
Apakah kamu sedang mengerjakan
tugas rumah saat ini?
·
Apa yang kamu kerjakan tadi di
sekolah?
·
Contoh ketika dalam dialog
antara seorang Orangtua dengan anaknya.
·
Orangtua : Gerald! Apa yang
sedang kamu lakukan?
·
Gerald : Saya
sedang bermain game. Ada apa, bu?
·
Orangtua : Apakah kamu tidak
belajar untuk ujian besok?
·
Gerald : Ya,
akan saya lakukan setelah saya selesai bermain game, bu.
Kata-kata diatas adalah kata yang sesuai untuk digunakan dalam
lingkungan sosial
Contoh lain yang saya kutip adalah pada Pembukaan Undang-Undang Dasar
antara lain :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perkeadilan.
Dari beberapa kalimat didalam undang-undang dasar tersebut menunjukkan
bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sangat baku, dan itu
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Contoh lain, seperti kegiatan sosialisasi yang dilakukan antara
masyarakat. Contohnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan keheranan,
keraguan atau kecurigaan. Ini akan terlihat sangat aneh bila dalam komunikasi
kita dalam bersosialisasi dengan orang lain, kita menggunakan bahasa baku
seperti ini.
(1) Berapakah Bapak mau menjual harga game ini?
(2) Apakah sayur ini masih segar, berapa harganya bu, untuk
sayuran ini?
Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar,
tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian
kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut
akan lebih tepat.
(3) Jual berapa pak? Game ini?
(4) Masih segar, bu? Berapa harganya?
Contoh perbedaan antara bahasa indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Gaul (informal)
|
Aku,
Saya
|
Gue
|
Kamu
|
Elo
|
Di masa
depan
|
kapan-kapan
|
Apakah
benar?
|
Emangnya
bener?
|
Tidak
|
Gak
|
Tidak
Peduli
|
Emang
gue pikirin!
|
Dari contoh diatas yang didapat adalah perbedaan penggunaan bahasa
antara bahasa yang baku dan non baku, dan dapat terlihat dari pengucapan dan
dari tata cara penulisan bahasa tersebut. Bahasa indonesia yang baik dan benar
merupakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, bentuk bahasa baku
yang sah dibuat agar secara luas masyarakat indonesia dapat berkomunikasi
menggunakan bahasa nasional.
Contoh nyata, pada kutipan teks “SumpahPemuda”
adalah sebagai berikut :
“Kami, putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”,
demikianlah bunyi dari alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan
oleh para pemuda yang kemudian menjadi salah satu factor penting pendiri bangsa
dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas
bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia,
khusus nya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia sudah sepatutnya
menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu
berterima kasih lah kita terhadap “BAHASA”, karena bahasa juga merupakan faktor
penting didalam konteks sumpah pemuda, oleh karena bahasa merupakan sesuatu hal
yang bersifat universal, sehingga pemakainya menjadi mudah dan tepat pada saat
seperti diatas. Dan penerimaannya juga baik, karena adanya pemakaian kata-kata
yang baik dan benar.
Contoh lain adalah paragraph dibawah ini, merupakan sebagian dari gaya
bahasa yang dipakai sesuai dengan EYD dan menggunakan bahasa baku atau bahasa
ilmiah dan bukan kata popular dan bersifat objektif, dengan penyusunan kalimat
yang cermat dan tepat.
Dalam paradigma profesionalisme sekarang ini, ada tidaknya nilai
informative dalam jaring komunikasi ternyata berbanding lurus dengan cakap
tidaknya kita menulis. Pasalnya, selain harus bisa menerima, kita juga harus
mampu memberi. Inilah efek jurnalisme yang kini sudah menyesaki hidup kita.
Oleh karena itu, kita pun dituntut dalam hal tulis-menulis demi penyebaran
informasi. Namun persoalannya, apakah kita peduli terhadap laras tulis bahasa kita.
Sementara itu, yakinilah, tabiat dan tutur kata seseorang menunjukkan
asal-usulnya, atau dalam penegasan lain, bahasa yang kacau mencerminkan
kekacauan pola pikir pemakainya. Buku ini memperkenalkan langkah-langkah
pragmatic yang Anda perlukan agar tulisan Anda bisa tampil wajar, segar, dan
enak dibaca
Dan yang menjadi kesimpulan adalah bahwa yang bisa kita pelajari dari
semua ini adalah Bahasa merupakan sebuah suatu karunia yang diberikan Tuhan
pada manusia agar manusia bisa memahami dan mengerti satu sama lain,
menjadikannya sebagai alat komunikasi yang dasar dan sentral dan disamping itu
bisa menjadi kekuatan tersembunyi dalam mempersatukan suatu hal dalam
penggunaannya, dan ada baiknya jika dalam penggunaannya, kita memakai bahasa
yang baik dan benar, sehingga bahasa yang kita sampaikan terlihat sesuai .
2. Berikanlah contoh fungsi bahasa sebagai alat komunikasi!
Sejak kecil, kita
sudah mempelajari bahasa secara sendiri, tanpa ada yan mengajari. Kita bisa
belajar sedikit demi sedikit. Bahasa yang dituliskan ataupun yang dilafalkan
pasti memiliki makna. Melalui bahasa kita dapat menuangkan ide atau gagasan
yang kita pikirkan.Bahasa merupakan dasar segala kegiatan yang kita lakukan.
Bahasa
dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak
menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola
yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar
komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim
bahasa harus harus menguasai bahasanya.
1. Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa
bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa
dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara
tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi
gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula
bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung
banyak segi yang lemah.
2. Ciri Bahasa
Ciri-ciri dari bahasa adalah:
a.
Arbiter
b. Vokal
c. Bermakna
d. Komunikatif
e. Ada di masyarakat
3.
Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
fungsi bahasa secara umum dan secara khusus.
a. Fungsi bahasa secara
umum
· Sebagai alat untuk
berespresi
Contohnya;mampu
menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
Melalui
bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di
dalam dada dan pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat memaklimkan keberadaan
kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka akan menuangkan segala
seseuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah tulisan tanpa memikirkan si
pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan mereka sendiri.
Sebenarnya
ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
(1)
Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
(2)
Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
· Sebagai alat
komunikasi
Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga.
Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan
mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan
akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila
ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Pada
saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki
tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan
gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran
kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi
perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan
dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada
saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena
itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya,
kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu,
namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum..Dengan
kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat
lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa
kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa
tradisional.
Contohnya
: Kata griya, misalnya lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma.
Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif
karena bersifat lebih umum.
SUMBER:
http://khairulumam-mams.blogspot.co.id/2013/10/contoh-fungsi-bahasa-sebagai-alat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar