Jumat, 27 Juni 2014

MASALAH EKONOMI DI NEGARA BERKEMBANG



Masalah ekonomi adalah masalah yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari baik dalam masalah jual beli, tawar menawar ataupun ekspor dan impor. Dalam kehidupan sekarang terutama di Indonesia terdapat beberapa masalah ekonomi yang terjadi diantaranya pengangguran, kemiskinan, harga, profit, inflasi, hutang, sistem ekonomi, ekonomi politik, kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.  


Setelah kita pahami tentang masalah ekonomi, akan kita coba menghubungkan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari sebagai individu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, Negara, bahkan lingkungan dunia. Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan masalah ekonomi. Dengan jumlah uang yang ia miliki, seorang pelajar harus menentukan apakah ia akan membeli buku, nonton bioskop atau mentraktir teman-temannya. Tidak hanya pelajar yang menghadapi masalah seperti ini. Orang tua, guru, pegawai negeri juga menghadapi masalah yang sama. Orang tua kita harus mengambil keputusan yang terbaik dalam mengalokasikan penghasilan mereka untuk membeli kebutuhan pokok keluarga, membiayai pendidikan anak-anaknya juga membiayai kesehatan seisi keluarga.


Pertanyaannya kini, sebagai Negara berkembang, apakah masalah-masalah ekonomi yang dihadapi  oleh Negara seperti Indonesia sama dengan masalah ekonomi yang dihadapi oleh Negara maju ? sesuai dengan yang diklasifikasikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) , Negara kita Indonesia termasuk Negara kedalam Negara berkembang. Atas dasar apakah sebuah Negara dapat dikelompokkan menjadi Negara berkembang ? menurut Michael P. Todaro, seorang professor ekonomi di New York University, dalam bukunya yang berjudul Economic Development, ada 16 masalah utama yag dihadapi oleh Negara-negara tersebut, dan  ke 16 masalah tersebut adalah:

              Standar hidup yang rendah
Pada hampir semua Negara berkembang, standar hidup dari sebagian penduduknya sangat rendah. Standar hidup yang rendah tersebut diwujudkan dalam bentuk jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang layak, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan tidak ada dan peluang mendapatkan pekerjaan yang sangat rendah. 

Tingkat pertumbuhan relative pendapatan nasional dan pendapat per kapita 
Disamping tingkat pertumbuhan pendapat per kapitanya yang begitu rendah,  pertumbuhan pendapatan nasional (GNP) dibanyak Negara-negara berkembang lebih rendah dari pada yang dicapai oleh Negara-negara maju. Negera-negara  dunia ketiga ini pada umumnya mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi yang cukup tajam selama periode 1980-an. Selama dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, kesenjangan pendapatan antara Negara kaya dan Negara miskin semakin dalam kecepatan yang sangat tinggi.

 
Distribusi pendapat nasional   
Terus melebarnya kesenjangan tingkat pendapatan per kapita antara  Negara-negara miskin bukanlah merupakan satu-satunya wujud melebarnya perbedaan waktu antara kelompok Negara-negara kaya dan miskin. Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa tingkat pendapatan dari semua Negara  memang tidak sama. Sampai batas tertentu, selalu terdapat kesenjangan pendapat. Antara orang kaya dan orang miskin disemua Negara baik Negara-negara maju maupun Negara-negara berkembang pasti terdapat perbedaan atau kesenjangan pendapatan. Hanya saja, ketimbang di Negara-negara berkembang ternyata jauh lebih parah atau lebih besar daripada yang ada di Negara-negara maju.  

Tingkat kemiskinan 
Setinggi apapun tingkat pendapat nasional per kapita yang dicapai oleh suatu Negara, selama pembagiannya pendapat merata, maka tingkat kemiskinan di Negara tersebut pasti akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata apapun distribusi pendapatan disuatu Negara, jika pendapatan nasional rata-ratanya tidak mengalami perbaikan, maka kemelaratan akan semakin luas.

Kesehatan
Banyak penduduk di Negara dunia ketiga yang masih harus berjuang melawan kekurangan gizi dan hama penyakit. Tidak sedikit  yang kemudian terpaksa menyerah, mati karena penyakit atau malnutrisi (kekurangan gizi). Meskipun kondisi kesehatan dibanyak Negara berkembang sudah mengalami perbaikan berarti sejak 1960, namun pada kenyataanya, pada tahun 1998 rata-rata usia harapan hidup di Negara yang paling terbelakang didunia hanya mencapai 48 tahun, bandingkan dengan usia 63 tahun di Negara-negara dunia ketiga lainnya, dan usia 75 tahun di Negara-negara maju. Tingkat kematian bayi, yakni jumlah anak usia yang mati sebelum berusia satu tahun untuk setiap 1000 kelahiran, di Negara-negara yang paling berkembang lainnya mencapai 64, dan 8 di Negara-negara maju.  


      Pendidikan
Jumlah penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan dasar menjadi prioritas utama. Namun demikian, anggaran pengeluaran Negara masih belum sepenuhnya diprioritaskan pada sektor ini. Walaupun jumlah penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan sudah banyak meningkat, namun tingkat buta huruf masih sangat tinggi apalagi jika dibandingkan dengan yang ada di Negara maju. Untuk dinegara dunia ketiga lainnya relatif sudah berkembang. Tingkat melek hurufnya 64%. Sedangkan untuk Negara-negara maju mencapai 99%.


Produktivitas yang rendah 
Disamping standar hidup yang rendah, Negara-negara juga mengahadapi masalah rendahnya tingkat produktivitas ini disebabkan oleh sumber daya yang tidak memadai. 

Kesehatan fisik yang rendah 
Banyaknya produktivitas dikebanyakkan Negara-negara berkembang bersumber dari lemahnya kekuatan dan kesehatan fisik para pekerja yang merupakan akibat dari rendahnya tingkat pendapatan. Dengan pendapatan yang pas-pas an, tentu saja sangat sulit bagi mayoritas bagi penduduk Negara-negara dunia ketiga untuk membeli dan mengkonsumsi makanan-makan yang sehat dan padat gizi.  Seperti kita ketahui, kekurangan gizi semasa anak-anak dapat membatasi mental dan fisik. Selain itu menu makanan yang buruk dan tidak mencukupi, baik kualitas maupun kuantitasnya, serta standar higienis yang rendah, dapat menyebabkan kemunduran kesehatan tenaga kerja sehingga pada akhirnya nanti mempengaruhi sikap dan kesungguhan serta perhatian orang-orang yang bersangkutan terhadap pekerjaan maupun terhadap masyarakat disekitarnya. 

Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang terlampau tinggi 
Tingkat kelahiran yang dijadikan ukuran adalah tingkat kelahiran kasar yakni jumlah bayiyang lahir per tahun dan yang tetap hidup setiap 1000 penduduk. Tingkat kelahiran ini dinegara-negara berkembang pada umumnya sangat tinggi yakni bekisar antara 30-40 untuk setiap 1000 penduduk sedangkan angkanya di Negara-negara maju kurang dari setengahnya.

Tingkat kematian, yakni jumlah orang yang meninggal tiap 1000 penduduk per tahun. Di Negara-negara dunia ketiga apabila dibandingkan angka di Negara-negara maju. Namun berkatnya adanya usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pemberantasan wabah penyakit menular, kini selisih tingkat kematian antara Negara-negara berkembang dan Negara-negara berkembang lebih kecil dari pada perbedaan tingkat kelahiran.. namun, hal itu juga membawa akibat buruk, yakni rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun di Negara-negara dunia ketiga menjadi begitu tinggi. 

  
Tingkat pengangguran penuh dan terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak 
Salah satu akibat untuk sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk semuber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif sangat rendah. Ada dua penyebabnya. Yang pertama adanya pengangguran terselubung (under employment); artinya, orang-orang bekerja di bawah kemampuan terbaik yang ia miliki. Ini terlihat lebih banyak tenaga kerja di daerah perkotaan maupun pedesaan yang bekerja di bawah jam kerja normal. Mereka ini hanya bekerja harian, mingguan, atau bahkan musiman. Yang kedua adalah tingginya tingkat pengangguran penuh atau terbuka (open unemployment), yakni orang-orang yang sederhana mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapat lapangan pekerjaan sama sekali. 

Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor barang-barang primer 
Sebagian besar penduduk negara-negara Dunia Ketiga hidup dan bekerja di daerah pedesaan. Lebih dari 65 persen jumlah penduduk negara-negara berkembang tinggal menetap, bahkan turun menurun, di pedesaan, sedangkan penduduk di negara maju yang tinggal di desa-desa kurang dari 27 persen. Demikian pula halnya dengan angkatan. Sekitar 58 persen angkatan kerja di negara-negara Dunia Ketiga mencari nafkah disektor pertanian, sedangkan di negara-negara maju hanya sekitar 5 persen. 

Tingkat produktivitas pertanian yang rendah 
Rendahnya tingkat produktivitas ini disebabkan oleh terlalu besarnya jumlah penduduk dibandingkan dengan luas tanah yang tersedia, juga karena teknologi yang dipergunakan disektor pertanian dinegara-negara berkembang itu sering sekali masih rendahnya atau bahkan primitif. Walaupuns suatu negara memiliki luas tanah yang berlimpah-limpah, namun,jika teknologi yang digunakan masih primitif, seperti masih yang digunakannya bajak tangan dan penyisir tanah yang digerakkan oleh manusia atau binatang (sapi, kerbau, kedelai), maka setiap petani tidak mungkin mengelolah lahan dari lebih dari 5-8 hektar. Selain itu, banyak petani di negara-negara Dunia Ketiga, khususnya dikawasan Asia dan Amerika Latin yang tidak memiliki tanahnya sendiri. Mereka hanya menyewa sebidang tanah garapan yang sempit dari para tuan rumah. Dalam kenyataannya, dibawah negara berkembang, para petani hanya memiliki tanah rata-rata seluas 1-3 hektar. 

Ketergantungan pada ekspor primer 
Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak tergantung pada produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil hutan dan bahan-bahan mentah) daripada barang-barang skunder (barang-barang hasil olahan sektor industri atau manufaktur) dan barang tersier (jasa-jasa). Produksi barang primer ini merupakan andalan ekspor yang ke negara-negara lain (baik ke negara-negara maju maupun ke sesama negara-negara berkembang). Terkecuali beberapa negara yang dianugerahi dengan sumber minyak dan mineral berharga lainnya, ekspor utama negara-negara berkembang terdiri dari bahan makanan pokok, biji-bijian nonpangan, dan bahan-bahan mentah. Di daerah Afrika sub-Sahara, misalnya 88 persen dari seluruh pendapatan ekspor didapat dari komoditi ekspor. 

Sistem hukum dan infrastruktur yang tidak mapan 
Di kebanyakan negara berkembang sistem hukum tidak dijalankan dengan sepenuh hati baik oleh pemerintah maupun warga negaranya sendiri. Sistem hukum yang tegas ini adalah syarat mutlak bagi terselengaranya pembangunan. Dengan sistem hukum yang mapan maka persaingan usaha di antara para pengusaha dapat dijamin sehat dan fair,dan setiap kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu akan terlacak dan segara diambil tindakan yang sesuai hukum agar kecurangan itu tidak terjadi lagi. Sistem hukum yang mapan ini akan menjamin segala kontrak dan perjanjian bisnis, hak cipta, kegiatan perbankan, ekspor-impor, dan kegiatan ekonomi lainnya. 

Ketergantungan yang dominan pada dunia internasional 
Adalah hal yang telah menjadi lumrah bila kebanyakan negara berkembang itu sangat menggantungkan diri pada bantuan lembaga-lembaga internasional. Kita sering mendengar istilah World Bank, IMF, UNDP di koran-koran. Lembaga-lembaga ini adalah lembaga internasional yang memberikan bantuan pinjaman kepada negara-negara berkembang. Ketegantungan yang terlalu besar sangat tidak sehat karena lambat laun negara-negara berkembang ini hanya akan menjadi boneka lembaga-lembaga internasional tersebut, tanpa sedikit pun kemauan dan niat baik untuk mengandalkan kekuatannya sendiri.

Pendapatan nasional per kapita 
Angka total pendapatan atau produk nasional bruto (GNP-Gross National Products) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai untuk ukuran tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara. Konsep GNP itu sendiri merupakan indikator atas besar-kecilnya aktivitas perekonomian secara keseluruhan. GNP adalah nilai moneter (dalam satuan uang) atas segenap kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh penduduk suatu negara. Seperti yang dapat kalian lihat dalam grafik berikut ini, Indonesia menempati posisi terendah. 


Daftar pustaka
http://klikharry.com/2012/11/27/masalah-ekonomi-di-negara-berkembang/