Masalah ekonomi adalah masalah
yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari baik dalam masalah jual beli,
tawar menawar ataupun ekspor dan impor. Dalam kehidupan sekarang terutama di
Indonesia terdapat beberapa masalah ekonomi yang terjadi diantaranya pengangguran,
kemiskinan, harga, profit, inflasi, hutang, sistem ekonomi, ekonomi politik,
kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.
Setelah kita pahami tentang
masalah ekonomi, akan kita coba menghubungkan masalah ekonomi dengan kehidupan
sehari-hari sebagai individu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, Negara,
bahkan lingkungan dunia. Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan masalah
ekonomi. Dengan jumlah uang yang ia miliki, seorang pelajar harus menentukan
apakah ia akan membeli buku, nonton bioskop atau mentraktir teman-temannya.
Tidak hanya pelajar yang menghadapi masalah seperti ini. Orang tua, guru,
pegawai negeri juga menghadapi masalah yang sama. Orang tua kita harus
mengambil keputusan yang terbaik dalam mengalokasikan penghasilan mereka untuk
membeli kebutuhan pokok keluarga, membiayai pendidikan anak-anaknya juga
membiayai kesehatan seisi keluarga.
Pertanyaannya kini, sebagai
Negara berkembang, apakah masalah-masalah ekonomi yang dihadapi oleh Negara seperti Indonesia sama dengan
masalah ekonomi yang dihadapi oleh Negara maju ? sesuai dengan yang
diklasifikasikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) , Negara kita Indonesia
termasuk Negara kedalam Negara berkembang. Atas dasar apakah sebuah Negara
dapat dikelompokkan menjadi Negara berkembang ? menurut Michael P. Todaro,
seorang professor ekonomi di New York
University, dalam bukunya yang berjudul Economic
Development, ada 16 masalah utama yag dihadapi oleh Negara-negara tersebut,
dan ke 16 masalah tersebut adalah:
Standar hidup yang rendah
Pada hampir semua Negara berkembang, standar hidup dari
sebagian penduduknya sangat rendah. Standar hidup yang rendah tersebut
diwujudkan dalam bentuk jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang
layak, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan tidak ada dan peluang
mendapatkan pekerjaan yang sangat rendah.
Tingkat pertumbuhan relative pendapatan
nasional dan pendapat per kapita
Disamping tingkat pertumbuhan pendapat per kapitanya yang
begitu rendah, pertumbuhan pendapatan
nasional (GNP) dibanyak Negara-negara berkembang lebih rendah dari pada yang
dicapai oleh Negara-negara maju. Negera-negara
dunia ketiga ini pada umumnya mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tajam selama periode 1980-an. Selama dekade 1980-an dan awal dekade
1990-an, kesenjangan pendapatan antara Negara kaya dan Negara miskin semakin
dalam kecepatan yang sangat tinggi.
Distribusi pendapat nasional
Terus melebarnya kesenjangan tingkat pendapatan per kapita
antara Negara-negara miskin bukanlah
merupakan satu-satunya wujud melebarnya perbedaan waktu antara kelompok
Negara-negara kaya dan miskin. Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa
tingkat pendapatan dari semua Negara
memang tidak sama. Sampai batas tertentu, selalu terdapat kesenjangan
pendapat. Antara orang kaya dan orang miskin disemua Negara baik Negara-negara
maju maupun Negara-negara berkembang pasti terdapat perbedaan atau kesenjangan
pendapatan. Hanya saja, ketimbang di Negara-negara berkembang ternyata jauh
lebih parah atau lebih besar daripada yang ada di Negara-negara maju.
Tingkat kemiskinan
Setinggi apapun
tingkat pendapat nasional per kapita yang dicapai oleh suatu Negara, selama pembagiannya pendapat merata, maka tingkat kemiskinan di Negara tersebut pasti
akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata apapun distribusi
pendapatan disuatu Negara, jika pendapatan nasional rata-ratanya tidak
mengalami perbaikan, maka kemelaratan akan semakin luas.
Kesehatan
Banyak penduduk di Negara dunia ketiga yang masih harus
berjuang melawan kekurangan gizi dan hama penyakit. Tidak sedikit yang kemudian terpaksa menyerah, mati karena
penyakit atau malnutrisi (kekurangan gizi). Meskipun kondisi kesehatan dibanyak
Negara berkembang sudah mengalami perbaikan berarti sejak 1960, namun pada
kenyataanya, pada tahun 1998 rata-rata usia harapan hidup di Negara yang paling
terbelakang didunia hanya mencapai 48 tahun, bandingkan dengan usia 63 tahun di
Negara-negara dunia ketiga lainnya, dan usia 75 tahun di Negara-negara maju.
Tingkat kematian bayi, yakni jumlah anak usia yang mati sebelum berusia satu
tahun untuk setiap 1000 kelahiran, di Negara-negara yang paling berkembang
lainnya mencapai 64, dan 8 di Negara-negara maju.
Pendidikan
Jumlah penduduk usia sekolah yang telah menikmati
pendidikan dasar menjadi prioritas utama. Namun demikian, anggaran pengeluaran
Negara masih belum sepenuhnya diprioritaskan pada sektor ini. Walaupun jumlah
penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan sudah banyak meningkat,
namun tingkat buta huruf masih sangat tinggi apalagi jika dibandingkan dengan
yang ada di Negara maju. Untuk dinegara dunia ketiga lainnya relatif sudah
berkembang. Tingkat melek hurufnya 64%. Sedangkan untuk Negara-negara maju
mencapai 99%.
Produktivitas yang rendah
Disamping standar hidup yang rendah, Negara-negara juga
mengahadapi masalah rendahnya tingkat produktivitas ini disebabkan oleh sumber
daya yang tidak memadai.
Kesehatan fisik yang rendah
Banyaknya produktivitas dikebanyakkan Negara-negara
berkembang bersumber dari lemahnya kekuatan dan kesehatan fisik para pekerja
yang merupakan akibat dari rendahnya tingkat pendapatan. Dengan pendapatan yang
pas-pas an, tentu saja sangat sulit bagi mayoritas bagi penduduk Negara-negara
dunia ketiga untuk membeli dan mengkonsumsi makanan-makan yang sehat dan padat
gizi. Seperti kita ketahui, kekurangan
gizi semasa anak-anak dapat membatasi mental dan fisik. Selain itu menu makanan
yang buruk dan tidak mencukupi, baik kualitas maupun kuantitasnya, serta
standar higienis yang rendah, dapat menyebabkan kemunduran kesehatan tenaga
kerja sehingga pada akhirnya nanti mempengaruhi sikap dan kesungguhan serta
perhatian orang-orang yang bersangkutan terhadap pekerjaan maupun terhadap
masyarakat disekitarnya.
Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban
ketergantungan yang terlampau tinggi
Tingkat kelahiran yang dijadikan ukuran adalah tingkat
kelahiran kasar yakni jumlah bayiyang lahir per tahun dan yang tetap hidup
setiap 1000 penduduk. Tingkat kelahiran ini dinegara-negara berkembang pada
umumnya sangat tinggi yakni bekisar antara 30-40 untuk setiap 1000 penduduk
sedangkan angkanya di Negara-negara maju kurang dari setengahnya.
Tingkat kematian, yakni jumlah orang yang meninggal tiap
1000 penduduk per tahun. Di Negara-negara dunia ketiga apabila dibandingkan
angka di Negara-negara maju. Namun berkatnya adanya usaha-usaha untuk
memperbaiki kondisi kesehatan dan pemberantasan wabah penyakit menular, kini
selisih tingkat kematian antara Negara-negara berkembang dan Negara-negara
berkembang lebih kecil dari pada perbedaan tingkat kelahiran.. namun, hal itu
juga membawa akibat buruk, yakni rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun di
Negara-negara dunia ketiga menjadi begitu tinggi.
Tingkat pengangguran penuh dan terselubung
yang terlalu tinggi dan terus melonjak
Salah satu akibat untuk sekaligus faktor penyebab rendahnya
taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber
daya, termasuk semuber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara
maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
relatif sangat rendah. Ada dua penyebabnya. Yang pertama adanya pengangguran
terselubung (under employment); artinya, orang-orang bekerja di
bawah kemampuan terbaik yang ia miliki. Ini terlihat lebih banyak tenaga kerja
di daerah perkotaan maupun pedesaan yang bekerja di bawah jam kerja normal.
Mereka ini hanya bekerja harian, mingguan, atau bahkan musiman. Yang kedua
adalah tingginya tingkat pengangguran penuh atau terbuka (open
unemployment), yakni orang-orang yang sederhana mampu dan ingin bekerja,
akan tetapi tidak mendapat lapangan pekerjaan sama sekali.
Ketergantungan terhadap produksi pertanian
dan ekspor barang-barang primer
Sebagian besar penduduk negara-negara Dunia Ketiga hidup
dan bekerja di daerah pedesaan. Lebih dari 65 persen jumlah penduduk
negara-negara berkembang tinggal menetap, bahkan turun menurun, di pedesaan,
sedangkan penduduk di negara maju yang tinggal di desa-desa kurang dari 27
persen. Demikian pula halnya dengan angkatan. Sekitar 58 persen angkatan kerja
di negara-negara Dunia Ketiga mencari nafkah disektor pertanian, sedangkan di
negara-negara maju hanya sekitar 5 persen.
Tingkat produktivitas pertanian yang rendah
Rendahnya tingkat produktivitas ini disebabkan oleh terlalu
besarnya jumlah penduduk dibandingkan dengan luas tanah yang tersedia, juga
karena teknologi yang dipergunakan disektor pertanian dinegara-negara
berkembang itu sering sekali masih rendahnya atau bahkan primitif. Walaupuns
suatu negara memiliki luas tanah yang berlimpah-limpah, namun,jika teknologi
yang digunakan masih primitif, seperti masih yang digunakannya bajak tangan dan
penyisir tanah yang digerakkan oleh manusia atau binatang (sapi, kerbau,
kedelai), maka setiap petani tidak mungkin mengelolah lahan dari lebih dari 5-8
hektar. Selain itu, banyak petani di negara-negara Dunia Ketiga, khususnya
dikawasan Asia dan Amerika Latin yang tidak memiliki tanahnya sendiri. Mereka
hanya menyewa sebidang tanah garapan yang sempit dari para tuan rumah. Dalam
kenyataannya, dibawah negara berkembang, para petani hanya memiliki tanah
rata-rata seluas 1-3 hektar.
Ketergantungan pada ekspor primer
Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih
banyak tergantung pada produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan
bakar, hasil hutan dan bahan-bahan mentah) daripada barang-barang skunder
(barang-barang hasil olahan sektor industri atau manufaktur) dan barang tersier
(jasa-jasa). Produksi barang primer ini merupakan andalan ekspor yang ke
negara-negara lain (baik ke negara-negara maju maupun ke sesama negara-negara
berkembang). Terkecuali beberapa negara yang dianugerahi dengan sumber minyak
dan mineral berharga lainnya, ekspor utama negara-negara berkembang terdiri
dari bahan makanan pokok, biji-bijian nonpangan, dan bahan-bahan mentah. Di
daerah Afrika sub-Sahara, misalnya 88 persen dari seluruh pendapatan ekspor
didapat dari komoditi ekspor.
Sistem hukum dan infrastruktur yang tidak
mapan
Di kebanyakan negara berkembang sistem hukum tidak
dijalankan dengan sepenuh hati baik oleh pemerintah maupun warga negaranya
sendiri. Sistem hukum yang tegas ini adalah syarat mutlak bagi terselengaranya
pembangunan. Dengan sistem hukum yang mapan maka persaingan usaha di antara
para pengusaha dapat dijamin sehat dan fair,dan setiap kecurangan yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu akan terlacak dan segara diambil tindakan
yang sesuai hukum agar kecurangan itu tidak terjadi lagi. Sistem hukum yang
mapan ini akan menjamin segala kontrak dan perjanjian bisnis, hak cipta,
kegiatan perbankan, ekspor-impor, dan kegiatan ekonomi lainnya.
Ketergantungan yang dominan pada dunia
internasional
Adalah hal yang telah menjadi lumrah bila kebanyakan negara
berkembang itu sangat menggantungkan diri pada bantuan lembaga-lembaga
internasional. Kita sering mendengar istilah World Bank, IMF, UNDP di
koran-koran. Lembaga-lembaga ini adalah lembaga internasional yang memberikan
bantuan pinjaman kepada negara-negara berkembang. Ketegantungan yang terlalu
besar sangat tidak sehat karena lambat laun negara-negara berkembang ini hanya
akan menjadi boneka lembaga-lembaga internasional tersebut, tanpa sedikit pun
kemauan dan niat baik untuk mengandalkan kekuatannya sendiri.
Pendapatan nasional per kapita
Angka total pendapatan atau produk nasional bruto
(GNP-Gross National Products) per kapita merupakan konsep yang paling
sering dipakai untuk ukuran tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu
negara. Konsep GNP itu sendiri merupakan indikator atas besar-kecilnya
aktivitas perekonomian secara keseluruhan. GNP adalah nilai moneter (dalam
satuan uang) atas segenap kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh penduduk suatu
negara. Seperti yang dapat kalian lihat dalam grafik berikut ini, Indonesia
menempati posisi terendah.
Daftar pustaka
http://klikharry.com/2012/11/27/masalah-ekonomi-di-negara-berkembang/